Keunggulan Bahan Bambu untuk Tusuk Sate

Sebagaimana kita mengenal sumpit, alat untuk makan masakan tradisional di jawa dan bali akrab dengan bahan bambu. Mulai centong, sendok,sumpit, irus, kukusan, piring bambu anyam, cething dan banyak lagi alat masak terbuat dari bambu. 

Dan ternyata bukan hanya di Jawa dan Bali. Alat dapur dan sajian kuliner berbahan bambu juga akrab di masyarakat china. Mungkin alat-alat ini menjadi bagian produk budaya di jamannya.

Pertanyaan yang mungkin muncul, Mengapa yang dipilih bambu?

Ada banyak jenis kayu keras yang mungkin bisa diperoleh di perkebunan atau hutan. Namun untuk makanan mengapa dipilih bambu? Bahkan pilihan ini jauh sebelum ada teknologi plastik. Justru masyarakat sekarang kembali ke alam. Mulai meninggalkan plastik.

Bambu di pilih karena beberapa aspek, 

Pertama, Kemudahan.

Kemudahan disini meliputi bahan hingga pengerjaannya. Tanaman bambu mudah tumbuh di jenis tanah apa saja bahkan tanah kritis. Maka ia menjadi mudah didapatkan. Selain itu ia mudah di bentuk dan dibuat tusukan, maupun stick. Bisa dibuat gelas. Bisa di anyam untuk kemudian dibentuk berbagai keperluan.

Munculah tusuk sate, sumpit, piring anyam, centong, irus, solet bahkan gelas bambu dan aneka alat masak berbahan bambu.

 Kedua, Ramah Lingkungan

Bambu mudah di daur ulang melapuk dan hancur. Selain itu batang serat dan kayu bambu tidak mengandung getah. Dimana getah terdapat di kayu keras. Di serat bambu hanya ada air dan kandungan yang tidak berbahaya. Bahkan bermanfaat, seperti garam bambu memadukan garam laut dan kandungan bambu.

Maka wajar alat masak dan sajian kuliner bambu mudah didapatkan di dapur dan meja sajian. Karena belum pernah ada cerita atau kejadian keracunan sendok bambu. Maka siapapun sudah tak ragu lagi dengan bahan bambu.

Justru menjadi bahaya ketika bahan bambu diputihkan atau diwarnai dengan kandungan kimia. Atau diwarnai secara kimiawi. Misalkan di putihkan dengan kaporit, pemutihan dengan clor dll.

Jadi bambu adalah warisan tradisi.